Halo semuanya! Hari ini kita akan membahas tentang Reproduksi Virus. Mungkin kalian sering mendengar bahwa virus itu bukan makhluk hidup, karena mereka tidak mempunyai sel-sel lengkap seperti organisme lain, misalnya tidak memiliki sitoplasma atau organel sel. Virus hanya memiliki satu jenis asam inti (ADN atau RNA), dilindungi oleh selubung protein (kapsid), dan terkadang mempunyai struktur tambahan seperti ekor serta serabut ekor. Nah, untuk bisa memperbanyak diri, virus harus menumpang pada sel inang (bisa sel manusia, bakteri, atau bahkan sel tumbuhan). Proses inilah yang kita sebut dengan reproduksi atau proliferasi.
Proliferasi pada virus berarti virus memperbanyak diri. Mungkin kalian bertanya-tanya, kok bisa virus yang hanya punya asam inti dan kapsid bisa “berkembang biak”? Jawabannya, mereka melakukannya dengan cara ‘membajak’ dan mengendalikan mesin genetik sel inang. Virus akan memasukkan asam intinya (ADN atau RNA) ke dalam sel inang, lalu memerintahkan sel inang untuk membuat lebih banyak salinan virus.
Berbeda dengan makhluk hidup lainnya yang biasanya berkembang biak menggunakan sel kelamin atau proses pembelahan sel secara mandiri, virus tidak memiliki sel kelamin. Karena itu, cara memperbanyak diri virus selalu melibatkan sel inang. Kalau dianalogikan seperti bajak laut, maka virus akan “menculik” sel inang dan memaksa sel itu membuat virus-virus baru.
Secara garis besar, ada dua metode reproduksi virus:
Siklus Litik
Siklus Lisogenik
Kedua metode ini sama-sama melibatkan penempelan virus pada sel inang dan penyuntikan asam inti, tetapi tahapan selanjutnya bisa berbeda, terutama pada tahapan tertentu yang akan kita bahas lebih detail.
Jika kalian mendengar kata “litik”, bayangkan kata “lisis” atau “pecah”. Pada siklus litik, sel inang diakhiri dengan kondisi sel yang pecah (lisis). Ini berarti sel tersebut betul-betul hancur pada akhir proses, dan virus-virus baru keluar untuk menginfeksi sel-sel lain.
Tahap pertama adalah adsorbsi, yaitu saat virus menempel pada sel inang. Misalnya, jika virus adalah bakteriofag (virus yang menyerang bakteri), maka serabut ekor virus akan melekat pada dinding sel bakteri tertentu yang cocok. Tidak semua virus bisa menempel pada semua jenis sel. Mereka memerlukan kecocokan reseptor layaknya “kunci dengan gembok”.
Setelah menempel, virus akan menyuntikkan asam intinya ke dalam sel inang. Bagian virus lainnya mungkin tetap di luar, hanya asam inti (DNA atau RNA) saja yang masuk. Ini ibaratkan seperti virus menitipkan “petunjuk rahasia” kepada sel inang untuk selanjutnya membuat komponen virus.
Pada eklifase, asam inti virus mulai “mengambil alih” kendali sel inang. DNA inang akan dinonaktifkan atau dihancurkan, lalu seluruh energi dan enzim-enzim sel inang mulai diarahkan untuk kepentingan virus. Inilah momen di mana sel inang benar-benar “dikendalikan” oleh virus.
Di tahap sintesis, berbagai komponen virus mulai dibuat di dalam sel inang. Kapsid, ekor, dan bagian-bagian lain dari virus disintesis menggunakan bahan-bahan sel inang. Semua “cetak biru” pembuatan virus sudah ditulis di asam inti virus, sehingga sel inang hanya mengikuti instruksi pembuatannya.
Kemudian di tahap replikasi, terjadi penggandaan partikel virus. Semua komponen yang sudah disintesis akan dibuat banyak sekali, sehingga siap untuk dirakit menjadi virus-virus baru. Fase ini mirip dengan pabrik yang mulai menjalankan mesin produksi besar-besaran setelah tahu cara membuat barang (kapsid, ekor, asam inti, dan sebagainya).
Setelah komponen sudah banyak, kita masuk ke tahap perakitan. Komponen yang sudah dibuat tadi dirakit menjadi virus utuh (kapsid dan ekor menyatu, lalu asam inti dimasukkan ke dalam kapsid). Jadilah virus baru yang “komplet” dan siap untuk keluar dari sel.
Tahap terakhir adalah lisis, yaitu saat sel inang pecah atau hancur. Hancurnya sel inang ini membuat virus-virus baru berhamburan keluar dan siap mencari sel inang lain untuk diinfeksi. Proses inilah yang menyebabkan istilah “litik”. Ingat, “litik” punya arti dekat dengan “lisis” atau “pecah”.
Berbeda dengan siklus litik yang langsung menghancurkan sel inang, pada siklus lisogenik virus justru berada dalam keadaan “diam” di dalam sel inang untuk beberapa waktu. Virus bisa “menyisip” pada DNA sel inang dan menunggu saat tepat. Ketika waktunya sudah tepat atau ada pemicu tertentu, barulah virus beralih ke fase aktif seperti pada siklus litik.
Pada tahap awal, konsepnya sama seperti siklus litik, yaitu adsorbsi. Virus menempel pada sel inang dengan cara yang sesuai agar dapat menempel di reseptor.
Selanjutnya, virus menyuntikkan asam intinya ke dalam sel inang. Proses ini juga sama seperti pada siklus litik. Ingat bahwa hanya materi genetik (DNA/RNA) yang masuk, sedangkan kapsid dan ekor mungkin tetap berada di luar.
Inilah tahap penting yang membedakan siklus lisogenik dengan litik. Pada siklus lisogenik, DNA virus bergabung dengan DNA sel inang. DNA virus yang sudah menyatu pada DNA bakteri disebut profage jika kita bicara virus bakteriofag. Tahap ini bikin virus “menumpang” dalam sel inang.
Sekarang sel inang bereplikasi atau membelah seperti biasa. Karena DNA virus sudah menyatu dalam DNA inang, maka setiap kali sel inang membelah, DNA virus juga ikut terduplikasi. Jadi bisa dibayangkan, virus seperti “bersembunyi” di dalam sel inang, ikut menumpang dalam proses pembelahan sel.
Pada satu titik tertentu, biasanya dipicu oleh kondisi lingkungan tertentu (misalnya radiasi UV, bahan kimia tertentu, atau stress pada sel), DNA virus akan terpisah kembali dari DNA inang. Tahap ini melepaskan DNA virus sehingga nantinya bisa memasuki fase aktif.
Setelah DNA virus “aktif” kembali, ia melakukan hal yang sama seperti di siklus litik. Tahap eklifase artinya virus kembali mengambil alih sel inang, menonaktifkan DNA sel inang, dan mengarahkan sumber daya untuk produksi virus.
Komponen-komponen virus kembali disintesis oleh sel inang. Mulailah dibuat kapsid, ekor, serta segala bagian yang dibutuhkan untuk membentuk virus baru.
Kita masuk ke fase replikasi. Komponen virus yang sudah terbentuk mulai diperbanyak. Ini layaknya pabrik yang memproduksi suku cadang dalam jumlah besar.
Sama seperti siklus litik, setelah suku cadang dan asam inti mencukupi, maka dilakukan perakitan menjadi partikel virus lengkap. Di sini, masing-masing bagian disusun kembali menjadi virus sempurna.
Terakhir, proses lisis pada sel inang pun terjadi. Sel inang akhirnya pecah dan virus-virus baru keluar. Bisa dibilang proses penghancuran sel inang di akhir siklus ini sama seperti siklus litik, tapi terjadi belakangan karena virus sempat “dormant” atau “tidur” saat fase profage.
Tahap Adsorbsi: Keduanya diawali dengan penempelan virus pada sel inang.
Tahap Penetrasi/Injeksi: Keduanya memasukkan asam inti virus ke dalam sel inang.
Siklus Litik: Setelah penetrasi, virus langsung melakukan eklifase, sintesis, replikasi, perakitan, dan lisis. Prosesnya cepat, dan sel inang akan segera mati karena pecah.
Siklus Lisogenik: Setelah penetrasi, virus akan melakukan penggabungan (profage), kemudian ikut terduplikasi saat sel inang membelah. Baru setelah ada pemicu tertentu, barulah virus memasuki eklifase, sintesis, replikasi, dan lisis. Artinya, kematian sel inang tidak langsung terjadi, menunggu waktu yang tepat.
Soal 1: Jika kita susun proses siklus lisogenik secara berurutan, bagaimana urutannya?Jawaban yang tepat dimulai dari Adsorbsi, Penetrasi, Penggabungan, Pembelahan, Pemisahan, Eklifase, Sintesis, Replikasi, Perakitan, dan diakhiri dengan Lisis.
Soal 2: Fase apakah yang terjadi setelah dinding sel terhidrolisis atau rusak?Fase yang terjadi setelah dinding sel rusak adalah Penetrasi (Injeksi), karena asam inti virus dapat masuk ke sel ketika dinding selnya sudah dilumpuhkan.
Soal 3: Fase apa yang tidak terdapat pada daur litik?Jawabannya adalah fase Penggabungan (Profage), karena penggabungan DNA virus dengan DNA inang hanya terjadi pada siklus lisogenik.
Dengan memahami kedua siklus ini, kita bisa mengerti mengapa virus begitu sulit dihilangkan. Pada siklus lisogenik, virus dapat “diam” lama di dalam sel tanpa disadari, sehingga sulit dikenali sistem pertahanan tubuh. Namun pada suatu waktu, ia bisa “bangun” dan mulai menginfeksi secara aktif seperti pada siklus litik.Semoga penjelasan ini membantu kalian memahami cara kerja virus ketika memperbanyak diri. Tetap semangat belajar, dan jangan ragu bertanya jika ada hal yang belum jelas!