Keanekaragaman hayati adalah variasi makhluk hidup yang bisa kita temukan di sekitar kita. Variasi ini dapat mencakup bentuk daun pada tanaman, perbedaan warna bunga, hingga berbagai jenis hewan dan tumbuhan di alam. Kamu mungkin sudah menyadari bahwa tidak semua tanaman di depan rumahmu memiliki bentuk dan warna daun yang sama. Itulah salah satu contoh keanekaragaman hayati. Sekarang, mari kita bahas setiap bagian dari topik ini secara mendalam agar kamu bisa memahami alasan dan pentingnya keberagaman tersebut bagi kehidupan.
Observasi tanaman adalah kegiatan memerhatikan bentuk, warna, dan ciri khas lainnya dari berbagai jenis tanaman. Ketika kamu pergi ke halaman sekolah atau taman di sekitar rumah, kamu dapat melihat perbedaan yang begitu menarik di antara tanaman-tanaman itu. Ada daun yang panjang dan tipis, ada yang berbentuk bulat, dan ada yang bergerigi di tepinya. Demikian juga warna bunga yang beragam. Masing-masing variasi ini muncul karena tanaman telah beradaptasi dengan lingkungan mereka atau karena faktor keturunan (genetik) yang berbeda.
Bentuk daun bisa lonjong, bulat, atau seperti jarum. Tanaman tertentu memiliki daun lebar untuk menyerap cahaya matahari maksimal, sementara tanaman lainnya memiliki daun kecil untuk mengurangi penguapan. Inilah mengapa, saat kamu memerhatikan tanaman di sekitarmu, kamu bisa menemukan berbagai model daun. Setiap bentuk daun mencerminkan cara tanaman itu berjuang bertahan hidup.
Bunga memiliki bentuk dan warna yang bermacam-macam. Banyak tanaman mengandalkan bunga untuk menarik perhatian serangga penyerbuk, seperti lebah atau kupu-kupu. Warna cerah dan aroma wangi akan memikat hewan-hewan penyerbuk agar mendekat. Dengan begitu, tanaman dapat melakukan penyerbukan. Itulah sebabnya beberapa bunga terlihat merah mencolok, yang lain kuning menyala, dan ada juga yang putih lembut. Semuanya memiliki cara sendiri untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
Batang juga beragam, mulai dari yang ramping, tebal, berkayu, hingga berduri. Kamu mungkin pernah menemukan tanaman kaktus yang batangnya tebal dan berduri. Kaktus melakukan itu untuk menyimpan cadangan air di daerah kering. Batang yang kuat dan kokoh juga membantu tanaman untuk berdiri tegak dan menyalurkan nutrisi ke seluruh bagian tubuhnya.
Keanekaragaman hayati tidak hanya terbatas pada satu jenis perbedaan saja. Ia terbagi ke dalam tiga tingkat, yaitu tingkat gen, tingkat jenis (spesies), dan tingkat ekosistem.
Tingkat gen berarti perbedaan yang muncul di dalam satu spesies karena variasi genetik. Contoh sederhana adalah pisang. Kamu mungkin mengenal pisang raja, pisang tanduk, dan pisang susu. Semua itu sama-sama pisang, namun rasa dan ukuran berbeda karena gen yang berbeda. Dengan kata lain, mereka satu spesies, tetapi memiliki variasi gen yang membuatnya beraneka ragam.
Ada banyak sekali varietas pisang di Indonesia. Pisang raja cocok dimakan langsung, pisang tanduk umumnya digoreng karena ukurannya panjang, dan pisang susu punya rasa manis yang khas. Masing-masing punya ciri yang membuatnya berbeda padahal sama-sama “pisang.”
Contoh-contoh ini membantu kamu memahami bahwa dalam satu jenis buah, bisa saja terdapat beberapa varietas karena mutasi gen, persilangan, atau adaptasi di tempat yang berbeda.
Keanekaragaman hayati tingkat jenis berarti perbedaan yang terjadi antarspesies. Meskipun masih ada keterkaitan, setiap spesies memiliki ciri tersendiri sehingga tidak bisa saling kawin menghasilkan keturunan yang subur.
Misalnya, meskipun semuanya pisang, pisang ambon, pisang raja, dan pisang tanduk sudah dianggap berbeda spesies. Mereka tidak bisa dikawinkan satu sama lain untuk menghasilkan keturunan pisang yang subur secara alami.
Itulah perbedaan yang menunjukkan bahwa variasi pada tingkat jenis menampilkan karakteristik yang lebih besar dibanding perbedaan gen dalam satu spesies.
Ekosistem adalah suatu lingkungan tempat makhluk hidup dan komponen tak hidup saling berinteraksi. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem berarti perbedaan yang muncul dari variasi lingkungan itu sendiri, seperti perbedaan unsur tanah, iklim, dan organisme yang hidup di dalamnya.
Hutan hujan tropis terkenal sangat rimbun dengan pohon-pohon tinggi dan berlapis-lapis. Hewannya pun sangat beraneka ragam, mulai dari burung, monyet, hingga serangga yang tak terhitung jumlahnya. Curah hujan di sini tinggi, tanahnya cenderung lembap, dan sinar matahari melimpah sepanjang tahun.
Di hutan bakau, kamu akan menjumpai tanaman mangrove yang hidup di pinggir pantai atau rawa-rawa berlumpur. Hewan yang hidup di sana bisa berupa ikan, kepiting, atau burung laut. Lingkungan ini sedikit asin dan membuat tanaman non-bakau sulit bertahan. Inilah yang menciptakan karakteristik unik bagi ekosistem bakau.
Sabana didominasi oleh rerumputan dengan pepohonan yang tidak terlalu rapat. Burung dan mamalia kecil sering ditemukan di sini, karena sabana bersuhu lebih panas dan tingkat kelembapannya berbeda dari hutan hujan tropis.
Indonesia menempati posisi tinggi dalam hal keanekaragaman hayati. Berdasarkan posisi geografis, Indonesia beriklim tropis, memiliki banyak hujan, dan sinar matahari sepanjang tahun. Inilah alasannya mengapa tanaman dan hewan bisa tumbuh subur di berbagai tempat.
Terletak pada 6º LU sampai 11º LS dan 95º BT sampai 141º BT, Indonesia membentang luas dengan ribuan pulau. Iklim tropis membuat Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati.
Iklim tropis berarti curah hujan tinggi dan sinar matahari melimpah, sehingga memungkinkan berbagai organisme hidup dengan beragam bentuk dan cara beradaptasi.
Kelembapan tinggi memudahkan tanaman untuk berkembang. Hewan pun bisa mendapat makanan berlimpah karena banyak jenis tumbuhan tumbuh subur.
Fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah: wilayah barat, wilayah tengah, dan wilayah timur, masing-masing punya ciri khas yang mirip dengan kawasan benua terdekat.
Wilayah barat meliputi Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Hewan di sini lebih mirip hewan benua Asia, seperti gajah, badak, dan orangutan. Mereka umumnya berukuran lebih besar.
Gajah Sumatra lebih kecil dibanding gajah di Afrika, namun tetap termasuk mamalia besar. Badak di sini terkenal dengan cula satu, dan orangutan menjadi primata khas yang hidup di hutan tropis Kalimantan dan Sumatra.
Wilayah tengah meliputi Sulawesi dan Nusa Tenggara. Di daerah ini, hewannya termasuk peralihan antara tipe Asiatis dan Australis, seperti komodo, anoa, dan maleo.
Komodo adalah kadal terbesar di dunia yang hanya ditemukan di Nusa Tenggara Timur. Anoa mirip kerbau kerdil, sedangkan maleo adalah burung unik yang suka bertelur di pasir hangat.
Wilayah timur seperti Maluku dan Papua banyak dihuni hewan mirip Australia, contohnya kuskus, walabi, dan burung cendrawasih yang bulunya sangat indah.
Kuskus adalah marsupial yang gemar tinggal di pepohonan, walabi termasuk hewan berkantung seperti kanguru, dan cendrawasih sering disebut bird of paradise karena warnanya yang memukau.
Flora di Indonesia pun tidak kalah beragam, mulai dari tumbuhan lumut, paku-pakuan, hingga pohon besar yang menghasilkan kayu keras. Ada pula tumbuhan endemik yang hanya bisa ditemukan di daerah tertentu.
Endemik berarti spesies tersebut tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Indonesia memiliki banyak tumbuhan endemik yang masih terus diteliti para ilmuwan.
Cendana terkenal karena aromanya yang wangi, kunyit digunakan sebagai rempah dan obat, sedangkan pohon ulin memiliki kayu yang sangat kuat.
Semua keanekaragaman ini tidak hanya enak dipandang, tetapi juga memberi manfaat besar bagi kehidupan manusia.
Dengan makin banyak jenis tumbuhan dan hewan, ekosistem menjadi lebih stabil. Predasi antarhewan berjalan seimbang. Hama juga tidak mudah menguasai suatu lahan karena musuh alaminya ada di lingkungan tersebut.
Manusia memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk banyak keperluan, seperti makanan, pakaian, obat, dan bahan bangunan.
Dari padi hingga jagung, dari ayam hingga ikan, semuanya berasal dari kekayaan alam.
Kapas untuk kain, sutra dari ulat sutra, hingga wol dari domba — semua ini memanfaatkan keanekaragaman hayati.
Banyak obat tradisional menggunakan bahan alami, misalnya kunyit dan temulawak, sehingga keberadaan tumbuhan liar sangat penting untuk penemuan obat baru.
Hasil panen maupun hasil ternak bisa dijual, sehingga menjadi sumber pendapatan. Destinasi wisata alam juga memanfaatkan keindahan flora dan fauna.
Padi menjadi makanan pokok, kapas menjadi benang, kayu ulin menjadi bahan bangunan yang kuat dan tahan lama. Semua itu menunjukkan betapa berharganya keanekaragaman hayati.
Padi dan kapas sudah jelas sangat diperlukan untuk makanan dan pakaian. Kayu ulin digunakan untuk konstruksi karena keawetannya terhadap rayap dan perubahan cuaca.
Meski kaya, keanekaragaman hayati dapat menurun bila tidak kita jaga dengan bijaksana. Ada banyak ancaman baik dari alam maupun ulah manusia sendiri.
Ancaman ini bisa datang dari bencana alam, tapi lebih sering diperburuk karena aktivitas manusia.
Kebakaran hutan alamiah atau gunung meletus kadang merusak ekosistem dengan cepat. Namun, alam biasanya masih bisa memulihkan diri jika tidak ada aktivitas manusia yang merusaknya lebih lanjut.
Manusia sering membuka lahan baru untuk pertanian, perumahan, dan jalan. Terkadang, cara yang dipakai merusak lingkungan.
Perubahan hutan hujan tropis menjadi kebun kelapa sawit, misalnya, akan menghilangkan habitat berbagai spesies hewan.
Beberapa satwa langka seperti trenggiling atau badak diburu untuk dijual. Jika dilakukan tanpa kontrol, bisa memusnahkan populasi mereka.
Penebangan liar membuat hutan tidak sempat pulih. Banyak hewan kehilangan tempat tinggal, menyebabkan ekosistem terganggu.
Untungnya, ada cara untuk menyeimbangkan antara pemanfaatan dan konservasi.
Pelestarian in situ berarti melestarikan makhluk hidup di habitat aslinya, misalnya dengan membentuk Taman Nasional atau Cagar Alam. Di sini, hewan dan tumbuhan tetap hidup secara alami di rumah mereka.
Taman Nasional Ujung Kulon menjadi habitat badak jawa yang semakin berkurang populasinya. Pemerintah membatasi akses manusia agar badak bisa hidup dengan tenang.
Cagar alam berbeda tipis dari taman nasional. Fungsinya sama, yaitu melindungi keanekaragaman hayati, tetapi biasanya lebih ketat peraturannya.
Pelestarian ex situ berarti menempatkan makhluk hidup di luar habitat aslinya, misalnya di kebun binatang, penangkaran, atau menggunakan teknologi bioteknologi tertentu.
Di kebun binatang, hewan langka bisa dirawat sehingga populasinya bertambah, meskipun mereka tak lagi hidup di alam liar.
Kultur jaringan memungkinkan perbanyakan tanaman di laboratorium secara besar-besaran. Biji atau potongan kecil jaringan tumbuhan dikembangkan menjadi individu baru.
Kloning adalah teknik untuk menghasilkan keturunan yang identik secara genetik. Biasanya dilakukan pada hewan-hewan tertentu yang populasinya nyaris punah. Meski masih kontroversial, teknologi ini bisa membantu pelestarian, asalkan dijalankan secara bertanggung jawab.