Hai semuanya, hari ini kita akan membahas sebuah topik yang sangat penting dalam mata pelajaran IPA, yaitu Kimia Hijau dan bagaimana penerapannya mendukung Agenda Pembangunan Berkelanjutan hingga tahun 2030. Kamu mungkin sudah sering mendengar istilah “kimia hijau,” tetapi apakah kamu benar-benar tahu apa artinya? Kimia hijau adalah suatu pendekatan yang mendorong kita untuk lebih bijak dalam menggunakan dan memproduksi bahan-bahan kimia, dengan tujuan agar lingkungan tidak rusak dan kesehatan manusia tetap terjaga. Menariknya, prinsip-prinsip kimia hijau ini sejalan dengan beberapa agenda penting yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam rangka menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan. Mari kita telusuri bersama-sama bagaimana hal ini bisa terjadi.
PBB menetapkan 17 agenda besar yang dikenal dengan nama Sustainable Development Goals (SDGs). Setiap agenda memiliki fokus masing-masing, namun secara keseluruhan semuanya bertujuan menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam. Agenda ini tidak hanya membahas satu hal saja, tetapi banyak hal penting seperti mengentaskan kemiskinan, menjaga kesehatan dan kesejahteraan, memelihara ekosistem, hingga memastikan energi yang bersih dan terbarukan bagi semua orang. Kita bisa memandang 17 agenda ini sebagai peta jalan yang menuntun negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja sama menuju masa depan yang lebih baik. Pada dasarnya, jika semua agenda ini tercapai, kita akan memiliki lingkungan yang lebih sehat, masyarakat yang lebih sejahtera, dan ekonomi yang lebih stabil.
Dari 17 agenda yang ada, terdapat enam agenda yang berkaitan erat dengan prinsip kimia hijau. Mengapa cuma enam? Karena keenam agenda ini secara khusus menyoroti aspek-aspek yang paling relevan terhadap lingkungan, kesehatan, dan keanekaragaman hayati. Berikut enam agenda tersebut:
Agenda 3: Berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan manusia. Prinsip kimia hijau sangat mendukung agenda ini, sebab kimia hijau membantu mengurangi penggunaan bahan kimia beracun yang bisa mengganggu kesehatan.
Agenda 6: Menyoroti pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Melalui penerapan kimia hijau, kita bisa meminimalkan polusi air dan menjaga ketersediaan air bersih.
Agenda 7: Tentang energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern. Prinsip kimia hijau jelas terlihat ketika kita beralih ke sumber energi terbarukan serta mengurangi emisi berbahaya.
Agenda 13: Mengajak kita untuk segera mengambil tindakan terhadap perubahan iklim. Kimia hijau membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan efek negatif lainnya.
Agenda 14: Memfokuskan pada ekosistem laut. Dengan mengurangi penggunaan senyawa kimia yang membahayakan biota laut, kita bisa menjaga kelestarian kehidupan di bawah air.
Agenda 15: Mempertahankan ekosistem daratan seperti hutan, pegunungan, dan keanekaragaman hayati. Prinsip kimia hijau mendukung cara-cara produksi yang lebih ramah lingkungan, sehingga habitat makhluk hidup di daratan tetap terjaga.
Kimia hijau pada dasarnya terdiri atas beberapa prinsip yang membantu kita mendesain, memproduksi, dan mengonsumsi bahan kimia maupun energi secara lebih bijak dan berkelanjutan. Beberapa contoh prinsip kimia hijau misalnya meminimalkan limbah, menggunakan bahan yang aman, dan memaksimalkan efisiensi energi. Semakin kita memahami prinsip-prinsip ini, semakin kita sadar bahwa mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan juga membawa banyak keuntungan untuk kita sendiri, seperti biaya produksi yang lebih rendah dan kesehatan yang lebih baik.
Pada poin tertentu, ada satu prinsip yang sangat penting dan berhubungan erat dengan sumber energi, yaitu prinsip nomor 7. Prinsip ini menegaskan bahwa kita perlu menggunakan sumber energi yang dapat diperbarui serta lebih ramah lingkungan. Artinya, kita sebaiknya beralih dari pemakaian energi fosil, seperti bahan bakar minyak atau batu bara, ke energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, atau biomassa. Dalam konteks ini, pemanfaatan teknologi yang mendukung penggunaan sumber energi terbarukan semakin digenjot oleh berbagai negara, termasuk Indonesia, agar kita tidak terus-menerus bergantung pada sumber energi yang terbatas dan berdampak buruk bagi lingkungan.
Penggunaan sumber energi terbarukan: Dengan memanfaatkan tenaga surya, angin, air, atau bahan nabati, kita bisa mengurangi polusi dan menghemat energi fosil.
Mengurangi ketergantungan pada energi fosil: Bahan bakar fosil jumlahnya terbatas dan menimbulkan banyak polusi, sehingga kita perlu segera beralih ke metode yang lebih bersih.
Kita tentu bertanya-tanya: Bagaimana dengan Indonesia? Apakah negara kita telah serius menerapkan prinsip kimia hijau? Jawabannya adalah iya, meski masih dalam tahap berkembang. Indonesia telah membuat beberapa kebijakan dan program untuk mendukung penggunaan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Salah satu contoh yang nyata adalah kebijakan biodiesel, di mana minyak nabati dan minyak sawit diproses sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, menggantikan sebagian bahan bakar fosil. Ini menunjukkan niat serius pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan sekaligus tetap memenuhi kebutuhan energi.
Biodiesel-30 atau B30 berarti campuran bahan bakar diesel yang mengandung 30% biodiesel dari bahan nabati dan 70% bahan bakar diesel konvensional. Proses ini dimulai pada akhir tahun 2019 dan merupakan langkah lanjutan dari program biodiesel-20 (B20) yang sudah lebih dulu dilaksanakan. Melalui kebijakan ini, Indonesia berupaya mengurangi jejak karbon dan emisi polutan yang merusak atmosfer. Kebijakan ini juga didukung penuh oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kita bisa melihat bahwa keputusan ini tidak hanya tentang teknologi semata, tetapi juga tentang komitmen jangka panjang dalam merawat bumi.
Dimulai akhir 2019: Menandakan upaya serius untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.
Kelanjutan biodiesel-20: Hasil evaluasi biodiesel-20 memberikan pondasi untuk meningkatkan kandungan bahan bakar nabati.
Implementasi resmi oleh Kementerian ESDM: Dukungan langsung pemerintah mempercepat penerapan di lapangan.
Ketika kita berbicara mengenai kimia hijau, kita tidak hanya memikirkan proses produksi yang lebih efisien, tetapi juga dampak jangka panjangnya bagi planet kita. Dampak positif dari penerapan prinsip kimia hijau sangat luas. Salah satu yang paling jelas adalah terciptanya lingkungan yang lebih aman, baik bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya. Bahan-bahan kimia yang dihasilkan akan lebih aman untuk diolah dan diurai, sehingga tidak menumpuk menjadi limbah berbahaya.
Penerapan kimia hijau membantu menurunkan penggunaan bahan-bahan beracun dan mengurangi limbah yang dapat mencemari udara, tanah, serta air. Keuntungan jangka panjangnya adalah kita bisa mencegah kerusakan lingkungan dan menjaga ekosistem tetap seimbang. Akhirnya, kita semua dapat merasakan manfaatnya dalam bentuk udara yang bersih, air yang layak minum, dan keberlanjutan ekosistem bagi generasi mendatang.
Mengurangi bahan berbahaya: Membuat proses produksi lebih “bersih” dan produk akhirnya pun lebih aman.
Mendukung hidup sehat dan sejahtera: Lingkungan yang bersih dan bebas polusi berpengaruh besar pada kesehatan manusia.
Itulah keseluruhan materi yang dapat kita pelajari untuk memahami hubungan antara kimia hijau dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Semoga dengan penjelasan ini, kamu menjadi lebih termotivasi untuk terus belajar dan berkontribusi mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi manusia dan seluruh makhluk hidup. Selamat belajar dan jangan lupa, sekecil apa pun usaha kita untuk menjaga lingkungan tetap berarti!